Find us on Google+ Ekologi Nusantara: Ekspedisi Barat Di Nusantara

Senin, 17 Desember 2012

Ekspedisi Barat Di Nusantara


Marco Polo (Petualang Eropa Pertama)
Marco Polo lahir 15 September 1254 sebagai pedagang dan penjelajah Italia yang pernah menyusuri jalan sutera. Ia terkenal karena kisah-kisahnya sangat menarik dan aneh bagi bangsa Eropa. Pada masa itu, bangsa Barat tidak mengenal dunia Timur. Sebagian cendekiawan berpendapat bahwa Marco Polo memang pergi ke Cina, tetapi tidak mengunjungi semua tempat yang digambarkan dalam bukunya (misalnya Xanadu).

Marco Polo pergi ke Cina semasa berkuasanya Dinasti Mongol. Ia belajar tentang perdagangan selagi ayah dan pamannya, Niccolo dan Maffeo, melakukan perjalanan melalui Asia dan bertemu Kubilai Khan. Pada 1269, mereka kembali ke Venesia dan bertemu Marco untuk pertama kalinya. Mereka bertiga memulai sebuah perjalanan epik ke Asia, dan kembali setelah 24 tahun, menemukan Venice berperang dengan Geno. Marco dipenjarakan, dan mengisahkan cerita kepada teman satu selnya. Ia dibebaskan tahun 1299, menjadi pedagang kaya, menikah dan punya tiga anak.
Salah satu kisah Marco Polo yang menarik untuk bangsa Nusantara adalah cerita tentang unicorn atau kuda bertanduk satu yang menurutnya dijumpainya di pulau Sumatra. Tetapi, ilmu pengetahuan membuktikan bahwa yang ditemukan Marco Polo itu bukanlah unicorn melainkan badak Sumatra.
Beberapa nama tempat di Nusantara yang disebutkan dalam buku perjalanan Marco Polo, antara lain:
  • Pulau Jawa Besar (pulau Jawa); diperkirakan sangat luas karena pantai selatannya tidak sempat dikunjungi oleh Marco Polo. Juga diceritakan mengenai ekspedisi penyerangan Kubilai Khan ke Jawa dan kegagalannya.
  • Pulau-pulau Sondur dan Condur (belum jelas); diperkirakan merupakan pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan yang pernah digunakan sebagai patokan pelayaran.
  • Pulau Pentam (pulau Bintan); disebutkan mengenai letak pulau ini dari selat Singapura
  • Kota Malaiur (Melayu, atau Palembang?); diceritakan pula tentang raja-raja Melayu, diantaranya adalah Paramasura.
  • Pulau Jawa Kecil (pulau Sumatra?); diperkirakan sebutan untuk Sumatra, karena ciri-ciri komoditas dan hewan (gajah, badak, elang hitam) yang disebutkannya.
  • Kerajaan-kerajaan Ferlec (Perlak) dan Basman (Peusangan [1] -di daerah Bireuen sekarang-); diceritakan tentang beberapa kerajaan bertetangga dan keberadaan suku Battas (Batak) di pedalaman.
  • Kerajaan-kerajaan Samara (Samudra) dan Dagroian (Pidie .[2]); disebutkan mengenai pohon kelapa (palem Melayu) dan legenda kanibalisme famili yang meninggal.
  • Kerajaan-kerajaan Lambri (Lamuri) dan Fansur (Barus); disebutkan mengenai legenda manusia berbulu dan berekor (orangutan?), kapur barus, dan sagu kelapa.[3]
Marco Polo meninggal 8 Januari 1324 pada umur 69 tahun Ia meninggal pada 1324, dan dimakamkan di San Lorenzo.

Tome Pires

Tomé Pires  salah satu penulis terawal dari Eropa yang menulis tentang negara kota maritim sebelah Timur dengan karyanya,  Suma Oriental (Dunia Timur). Dalam bukunya ia menceritakan penjelajahan pedagang  Portugis  hingga menguasai anak benua India dan Kesultanan Melaka pada tahun 1511. Buku tersebut memberikan banyak informasi berharga mengenai keadaan Nusantara pada abad ke-16.
Karir Tomé Pires diawalai sebagai pembantu Alfonso de Albuquerque (1475-1491). Lahir di Portugal lahir pada 1468 sebagai anak dari seorang pembantu Raja João II dari Portugal (1455-1495). Pada September 1511 dia dilantik sebagai  feitor das drogarias (pengedar arak) ke Cochin di India atas kehendak raja. Dia juga ditugaskan sebagai pemasok obat-obatan yang bernilai 4.000-5.000 dolar Portugis. Kemudian Toma Pires dilantik sebagai penulis dan bendahara untuk menjaga harta perdagangan yang melibatkan Melaka dan Jawa.
Buku yang ditulis tentang Cina dipersembahkan kepada laksamana Portugis di India dan sekarang disimpan National Library Paris. Informasi yang disampaikannya tentang India hingga ia meninggal dunia sangat menarik ada 4 surat, 5 dokumen yang ditandatanganinya, pelbagai rujukan lain.
Tome Pires menulis mengenai kunjungannya ke pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Dia menggambarkan pelabuhan Sunda Kalapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Pajajaran selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tanara dan Cimanuk. Menurut laporannya, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai Juni 1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah, para ulama di datangkan dari Luar.”
Puncak karirnya Tome dilantik sebagai duta Portugis ke negara Cina. Atas tindakan dan ide-ide serta pemikirannya, dia telah dipenjarakan di Kiangsu. Pada tahun 1540 mati di Tiongkok dalam tahanan wafat di Kiangsu, Tiongkok, 1540 pada usia 72 tahun.

Pieter Bleeker (Bapak Ikan Nusantara)

Sosok Pieter Bleeker mungkin kurang dikenal oleh sebagian masyarakat Nusantara. Namun, tokoh ini memiliki konstribusi besar dalam menyingkap misteri keragaman hayati nusantara.  Pieter Bleeker atau Pieter von Bleeker, dikenal sebagai ilmuwan besar di bidang Zoologi khususnya sistematik ikan (Ichthyologi) pada abad ke-19.
Salah satu karya monumental Bleeker yang masih digunakan hingga saat ini adalah beberapa volume buku yang berjudul Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Neerlandaises, berisi deskripsi ikan laut yang sebagian besar berasal dari Nusantara. Hingga saat ini,  Bleeker tercatat sebagai  ilmuwan yang paling banyak mendeskripsikan spesies ikan laut di wilayah Indo-Pasifik. Atas konstribusinya tersebut, bolehlah kita menyebut Bleeker sebagai: Bapak Ikan Nusantara.
Pieter Bleeker diakui dunia internasional sebagai salah satu ilmuwan yang berkonstribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang taksonomi ikan (Ichthyologi). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperolehnya semasa hidup.
Selama hidupnya, Bleeker menemukan dan mendeskripsikan tidak kurang dari  1.925 spesies ikan baru yang sebagian besar berasal dari Nusantara. Jumlah temuan Bleeker ini jauh lebih banyak dari ilmuwan ikan manapun. Jumlah spesies ikan yang dinyatakan valid (diterima) oleh sistematika modern saat ini juga sangat besar, yaitu: 743 spesies, hanya kalah oleh Albert Gunther (847 spesies) yang juga seorang ilmuwan terkenal dibidang taksonomi ikan.
Pada tingkat genera, Bleeker berhasil menemukan dan mendeskripsikan sekitar 520 marga ikan baru (298 diantaranya dinyatakan valid/diterima oleh taksonomi modern). Jumlah genera yang valid dari Bleeker ini juga lebih banyak dari ilmuwan ikan manapun.
Pencapaian lainnya yang juga luar biasa dari Bleeker adalah publikasi ilmiahnya. Semasa hidup, Bleeker telah mempublikasikan tidak kurang dari 518 artikel ilmiah (jurnal, laporan dan lain-lain) dalam bahasa Perancis, Belanda, Latin dan Inggris. Bleeker juga  membentuk/menerbitkan 2 jurnal ilmiah dan menjadi editor dari 22 volume diantaranya.
Selain artikel tentang ikan, Bleeker juga mempublikasikan tulisannya yang terkait dengan vertebrata terrestrial, invertebrate darat dan laut, botani, kedokteran, geologi, antropologi, pemerintahan, agama, sejarah, pertanian, statistik dan beberapa artikel lainnya. Dengan demikian, Bleeker juga tergolong ilmuwan prolific (ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu).
Berawal dari juru bedah kelas tiga yang tingkatannya rendah, dalam kurun waktu 20 tahun, Bleeker menjelma menjadi sosok yang dihormati dan menduduki kasta tertinggi dalam struktur kehidupan sosial masyarakat ilmiah Eropa. Kerja keras, kegigihan, sifat rendah hati dan jiwa sosial Bleeker telah menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa.
Bleeker muda memiliki semangat belajar yang tidak pernah berhenti dan ia memutuskan untuk terus bersekolah. Pada tahap ini, Bleeker mulai tertarik pada bidang fisiologi dan zoologi serta banyak membaca referensi tentang kedua bidang tersebut di perpustakaan Haarlem. Bleeker semakin tertarik pada sejarah alam dan memutuskan untuk melamar pekerjaan di Museum Sejarah alam Leiden (Rijksmuseum). Namun pihak museum menyatakan belum ada lowongan pekerjaan yang terbuka pada saat itu, sehingga Bleeker memutuskan untuk melanjutkan studi kedokterannya di Paris selama 6 bulan.
Bleeker tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1842, dan mulai bekerja sebagai juru bedah kelas tiga. Bleeker digambarkan sebagai seseorang yang cerdas, tidak bisa tinggal diam dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Beberapa tahun hidup di Batavia, Bleeker mengusulkan diri membuat jurnal ilmiah di bidang kedokteran dan sejarah alam untuk merangsang publikasi dan kegiatan riset ilmiah di Hindia Belanda yang masih kurang pada saat itu.
Untuk memenuhi rasa keingintahuannya, Bleeker sering kali berjalan-jalan di berbagai tempat di Batavia. Salah satu tempat yang dikunjunginya adalah pasar ikan. Bleeker kemudian mencoba mengidentifikasi beberapa jenis ikan yang diperoleh dari pasar ikan tersebut. Dengan cepat, Bleeker menyadari bahwa beberapa jenis ikan tersebut termasuk spesies baru yang belum dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan pada saat itu.  Bleeker kemudian memutuskan untuk fokus pada identifikasi ikan karena peluang untuk menemukan jenis-jenis ikan yang baru masih sangat besar. Selain itu, mengumpulkan sampel dari pasar ikan tergolong murah, tidak memakan biaya dan waktu yang banyak.
Bleeker menghabiskan sebagian besar waktunya di Batavia. Dalam beberapa tahun posisinya meningkat menjadi ajudan dari kepala departemen kesehatan Hindia Belanda. Selain itu, ia juga menjadi anggota perpustakaan masyarakat Batavia (Batavian Society) dan menjadi editor jurnal ilmiah yang baru dibentuknya. Posisinya yang semakin kuat secara politik dan ketertarikannya pada dunia ilmu pengetahuan sering kali menimbulkan konflik dengan para petinggi Hindia Belanda.
Suatu ketika, data statistik populasi yang dikemukakan oleh Bleeker (salah satu hasil risetnya selain ikan) tidak dipercaya oleh pejabat petinggi gubernur. Bahkan kritik terbukanya terhadap pengeluaran biaya pos yang tinggi membuat berang pihak pemerintah Hindia Belanda sehingga ia tidak diperkenankan lagi untuk tinggal di Batavia selama 2 tahun (1847-1849).
Bleeker kemudian bekerja sebagai juru bedah di beberapa tempat di pulau Jawa (luar Batavia). Penelitiannya tentang ikan pun mengalami masa-masa sulit.  Sekembalinya ke Batavia (1849), Bleeker membangun kembali perkumpulan masyarakat ilmiah yang terbengkalai saat ditinggalkan. Ia pun semakin intensif melakukan studi tentang ikan. Bleeker yang memiliki jaringan pergaulan sangat luas di Hindia Belanda meminta dengan kerendahan hati agar para koleganya bersedia mengirimkan sampel ikan untuknya. Spesimen ikan untuk Bleeker pun kemudian mengalir deras ke Batavia dari seluruh penjuru Nusantara.
Selama 18 tahun di Hindia Belanda (Nusantara), Bleeker hanya tercatat satu kali keluar pulau Jawa, yaitu saat menemani rombongan gubernur Hindia Belanda melakukan ekspedisi ke Celebes (Sulawesi) dan Maluku pada tahun 1855. Pada tahun tersebut, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dalam jumlah yang besar.
Tahun 1860, Bleeker mengajukan pensiun dini dan kembali ke negeri Belanda untuk menyusun dan mempublikasikan  bukunya yang diberi judul Atlas Ichthyologique. Bleeker juga  menghabiskan waktu di museum-museum Belanda untuk mempelajari sampel ikan yang berasal dari daerah lain di luar Hindia Belanda sebagai perbandingan. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan perkumpulan masyarakat ilmiah Belanda serta berkunjung dan berkorespondensi ke sejumlah ilmuwan tenar Eropa di bidang taksonomi ikan (Ichthyologi).
Selama di Batavia, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dan mengirimkannya ke seluruh museum di Eropa. Ia juga menjual koleksi khusus (termasuk type specimen dan duplikatnya) ke British museum. Namun sebagian besar koleksi sampel masih  tetap menjadi milik pribadi Bleeker hingga akhir hayatnya. Bleeker meninggal dunia di Hague, pada tanggal 24 Januari 1878 dalam usia 58 tahun. Setelah meninggal, seluruh koleksi sampel ikan Bleeker sekitar 18.000 spesimen dibeli oleh Rijksmuseum Leiden.
Akibat kematiannya pada tahun 1878, Bleeker tidak sempat menyelesaikan keseluruhan volume Atlas Ichthyologique. Dari 14 jilid (volume) yang direncanakan, Bleeker hanya sempat menyelesaikan bukunya hingga volume 8 dan sebagian volume 9. Sebagian volume lainnya yang direncanakan telah hilang, namun dapat ditelusuri dan dibuat lengkap kembali. Keseluruhan gambar dan deskripsi buku Bleeker  kemudian diterbitkan ulang oleh Smithsonian Institution antara tahun 1977 hingga 1983 dalam 10 volume.

Wallace (Penjelajahan Geo-Biodiversiti Nusantara)
Alfred Russel Wallace, naturalis terkenal penjelajah Nusantara pada pertengahan abad ke-19 (1854-1862). Alfred Russel Wallace pernah menjelajah Nusantara 150 tahun yang lalu, selama delapan tahun, yang berjalan di rimba-rimba, pantai dan pegunungan Nusantara, dengan hanya ditemani 2-3 orang pembantu lokal yang setia. Wallace adalah naturalist bangsa Inggris yang yang pernah menjelajah Nusantara selama delapan tahun, sepanjang 14.000 mil.
Dengan buku penjelajahannya di nusantara berjudul The Malay Archipelago (1869), dia berhasil membuka mata dunia ilmu pengetahuan terhadap sekitar 125.000 spesies baru kekayaan keanekaragaman hayati Nusantara, yang mencatat kata-kata sehari-hari dalam 59 bahasa suku-suku Nusantara, dan saksi pertama rumitnya dan menariknya geologi nusantara.
Bagaimana Wallace yang bukan sarjana, putus sekolah saat berusia 14 tahun karena kesulitan di dalam keluarganya, dapat menerangkan geologi dengan tepat pada tahun 1869 saat pengetahuan geologi Nusantara belum ada, adalah suatu keajaiban Wallace tersendiri yang menakjubkan. Dari Wallace, kita belajar tentang ketekunan dan konsistensi yang luar biasa, autodidak yang tanpa batas, keberanian yang tak kenal menyerah, keramahan kepada pribumi dan kerendahhatian dalam dunia ilmu pengetahuan yang patut diteladani.
Wallace dapat menghasilkan kesimpulan geologi yang sangat maju pada zamannya. Wallace, tiba pada kesimpulan yang sama seperti geologis masa kini setelah memetakan penyebaran jenis fauna yang dikumpulkan dan diamatinya di Nusantara dalam penjelajahannya selama delapan tahun. Terrane tektonik membawa rock assemblage-nya tersendiri dan ternyata juga kumpulan spesiesnya tersendiri.
Alfred Russel Wallace adalah seorang naturalis yang satu zaman dengan Charles Darwin. Wallace dalam geologi belajar sendirian, dimana dia hanya berdasarkan naluri naturalist-nya saja. Lagipula, Wallace pada awalnya berada di luar lingkungan para ilmuwan Inggris yang bergengsi (The Royal Society), tidak seperti Darwin dan Lyell yang merupakan anggota2 kehormatannya.
Meskipun demikian, teori biogeografi Nusantara yang dikendalikan geologi, dan hipotesis seleksi alam terhadap perkembangan spesies, yang dikemukakan Alfred Russel Wallace sungguh luar biasa pada zamannya dan hipotesisnya tentang seleksi alam yang ditemukannya saat Wallace berada di Ternate tahun 1858 sungguh membuat Charles Darwin tercengang.
“On the Tendency of Varieties to Depart Indefinetely from the Original Type” adalah makalah yang ditulis Wallace saat sakit malaria di Ternate pada bulan Maret 1858. Makalah ini dikirimkannya kepada Charles Darwin, seorang ilmuwan yang dikaguminya di Inggris. Makalah ini sangat membuat Darwin tercengang sebab isi makalah itu sama dengan hipotesis yang selama 20 tahun dipikirkan Darwin dengan sangat hati-hati sekembalinya dari pengembaraannya dengan kapal Beagle.
Makalah Wallace-lah yang juga telah memberikan dorongan kepada Darwin untuk segera menerbitkan karyanya yang diselesaikannya hanya dalam setahun “The Origin of Species” (Darwin,1859) setelah 20 tahun dipikirkan dan ditelitinya. Wallace adalah ilmuwan yang rendah hati, ia tetap menghormati Darwin dan segera melupakan makalah Ternatenya. Bukunya, “The Malayan Archipelago” ia persembahkan untuk Darwin.
Berikut adalah petikan tulisan Alfred Russel Wallace di “Borneo, Celebes, Aru” (1869) yang menceritakan bagaimana geologi telah mengatur evolusi organik.
Sekarang diakui secara umum bahwa distribusi makhluk hidup saat ini di permukaan bumi terutama merupakan hasil dari kumpulan perubahan terakhir yang dialaminya. Geologi mengajarkan kepada kita bahwa permukaan daratan, serta distribusi daratan dan perairan, di mana-mana berubah dengan perlahan. Lebih jauh geologi mengajarkan pada kita bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang mendiami permukaan itu, selama setiap periode yang kita miliki catatannya, juga telah berubah secara perlahan.
Sekarang tidak penting untuk mengatakan sesuatu mengenai bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi; karena banyak pendapat yang mungkin berbeda; namun kenyataannya perubahan-perubahan itu sendiri telah muncul, dari masa geologi yang paling awal hingga hari ini masih berlangsung, dan tidak ada pendapat yang berbeda mengenai itu. Setiap strata suksesif dari batuan sedimen, pasir atau kerikil, adalah bukti bahwa perubahan-perubahan permukaan telah terjadi; dan spesies binatang dan tumbuhan yang berbeda, yang sisa-sisanya ditemukan dalam deposit ini, membuktikan bahwa perubahan-perubahan yang bersamaan telah muncul dalam dunia organik
Dalam menerangkan kontrol geologi atas biogeografi fauna di Nusantara, Wallace berteori:
(1) semakin fauna tersebar ke banyak pulau, maka pulau-pulau itu semakin muda pemisahannya dari benua,
(2) semakin terisolasinya sekelompok fauna di satu pulau, maka semakin tua pemisahan pulau itu dari benua sekitarnya,
(3) fauna-fauna, meskipun burung yang bisa terbang, cenderung tidak mau melintasi selat-selat yang memisahkan antar pulau, bila fauna-fauna itu tersebar di banyak pulau, maka dapat diduga bahwa penyebaran fauna-fauna tersebut terjadi saat pulau-pulau ini masih membentuk daratan, belum terpisahkan oleh laut/selat.
Berikut petikan dari Wallace (1869) tentang hal ini.
Sebagai contoh, di antara pulau-pulau yang sedang saya bicarakan sekarang ini, ada fakta yang luar biasa bahwa Jawa memiliki banyak jenis burung yang tidak pernah melintasi Sumatra, meskipun kedua pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang lebarnya hanya 15 mil, dan dengan pulau-pulau di tengah selat. Jawa, pada kenyataannya, memiliki lebih banyak jenis burung dan serangga yang hanya terdapat di pulau ini, dibandingkan dengan Sumatra atau Borneo, dan ini mengindikasikan bahwa Jawa lebih awal terpisah dari benua, kemudian menurut kekhasan organik diikuti oleh Borneo, sementara Sumatra hampir identik dalam semua bentuk-bentuk hewannya dengan Semenanjung Malaka, sehingga aman untuk mengambil kesimpulan bahwa Sumatra adalah pulau terpisah yang paling baru.”
Perlu diperhatikan bahwa dugaan Wallace ini meskipun dikeluarkan pada 140 tahun yang lalu, kini kita mengetahuinya sebagai sebuah kebenaran berdasarkan rekonstruksi tektonik yang didukung paleomagnetik bahwa di antara Sumatra, Jawa, Kalimantan (Borneo), dan Malaya; memang Jawa yang memisah terlebih dahulu dari Sumatra melalui retakan di Selat Sunda dan rotasi CCW (counter clockwise) , dan Sumatra semakin dekat dengan Malaya melalui rotasi CW (clockwise).
Kutipan Wallace (1869) yang lain juga kini telah mendapatkan pembuktiannya sebagai teori rift-drift mikrokontinen di Nusantara Timur, berikut kata-kata Wallace.
Keseluruhan pulau-pulau ke arah timur di luar Jawa dan Borneo pada dasarnya menjadi bagian dari benua Australia atau Pasifik di zaman dahulu, meskipun beberapa di antaranya tidak benar-benar bergabung pada benua itu. Benua ini pasti terpecah tidak hanya sebelum pulau-pulau di bagian barat terpisah dari Asia, tetapi mungkin sebelum bagian ujung tenggara Asia naik ke atas permukaan laut; karena bagian besar daratan Borneo dan Jawa diketahui secara geologis adalah pembentukan yang sangat baru, sementara perbedaan spesies yang sangat besar, dan dalam banyak kasus perbedaan genus juga, di antara produk Kepulauan Hindia Timur bagian timur dan Australia, sama halnya dengan kedalaman laut yang besar yang sekarang memisahkan mereka, semua menunjuk pada periode isolasi yang panjang.”
Demikianlah beberapa kutipan dari “Borneo, Celebes, Aru” (Wallace, 1869). Apa yang diterangkan Wallace sekarang kita memahaminya sebagai glasiasi dan deglasiasi Kuarter di Sundaland, terpisahnya Jawa dan Sumatra akibat rotasi, rifting dan drifting mikrokontinen2 di Nusantara Timur. Kita memahaminya begitu setelah meneliti kesamaan stratigrafi, umurnya dan posisi paleomagnetiknya, sehingga kita dapat menyusun rekonstruksi tektoniknya.
Tetapi Wallace, tiba pada kesimpulan yang sama seperti geologis masa kini setelah memetakan penyebaran jenis fauna yang dikumpulkan dan diamatinya di Nusantara dalam penjelajahannya selama delapan tahun. Terrane tektonik membawa rock assemblage-nya tersendiri dan ternyata juga kumpulan spesiesnya tersendiri.
Demikian Alfred Russel Wallace, satu-satunya naturalist yang pernah menjelajah Nusantara selama delapan tahun, sepanjang 14.000 mil, dan berhasil mengumpulkan 310 spesies mammalia, 100 reptilia, 8050 burung, 7500 kerang dan 109.700 serangga. Sebagian besar dari fauna-fauna itu adalah spesies2 baru yang belum pernah dikenal dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemetaan lebih dari 125.000 spesies tersebut, Wallace dapat menghasilkan kesimpulan2 geologi yang sangat maju pada zamannya.
Perjalanan Alfred Russel Wallace lebih berarti bagi bangsa Nusantara, meskipun Wallace orang Inggris yang datang ke Nusantara saat negeri ini dijajah Belanda. Seorang naturalist yang pernah menjelajah Nusantara yang menjadi saksi pertama menariknya biologi dan geologi Nusantara.

1 komentar:

  1. Image Reputasi Kesan serta Opini ttg Gay Homo biseksual indonesia * Anda" yg mungkin sempat mengenal, atau masuk dikomunitas ini,Mungkin slama ini yg ada dipikiran anda, cuma meninggalkan penilaian negatif. Banyak tragedi. Banyak kejadian fatal membuat anda" harus berprasangka buruk. Tapi aku yakinkan, tidak semuanya seperti itu. Semua kembali ke anda". Bgmn memilih kenalan dekat? Bgmn anda menilai? Pola pikir & santun itu penting. Warna suara & cara bicaranya juga bs menunjukkan watak seseorang. Ganteng? Fisik? Materi? Tidak jaminan utk hubungan langgeng & nyaman. Komunikasi yg sejalan, itu adalah pondasi awal, jika kita punya kesamaan tujuan. Anda" yg menikah jg bukan halangan, lbh baik karna bnyk pria menikah privacy nya lbh terjamin. * * * salam kenal, aku gay 27th. I'm work at 3star hotel. Mencari kenalan manly, tuk hub special. Tidak tertarik free / fun. Mengutamakan baik hati. Yg paling penting niat ketemu, wlp jauh! (kurang minat tmn curhat) kontak saya ; +62856646OO785

    BalasHapus