Marco Polo (Petualang Eropa Pertama)
Marco Polo
lahir 15 September
1254 sebagai
pedagang dan penjelajah Italia
yang pernah menyusuri jalan sutera. Ia terkenal karena kisah-kisahnya sangat
menarik dan aneh bagi bangsa Eropa. Pada masa itu, bangsa Barat
tidak mengenal dunia Timur.
Sebagian cendekiawan
berpendapat bahwa Marco Polo memang pergi ke Cina, tetapi tidak mengunjungi
semua tempat yang digambarkan dalam bukunya (misalnya Xanadu).
Marco Polo pergi ke Cina
semasa berkuasanya Dinasti
Mongol. Ia belajar tentang perdagangan selagi ayah dan
pamannya, Niccolo dan Maffeo, melakukan perjalanan melalui Asia dan bertemu Kubilai
Khan. Pada 1269, mereka kembali ke Venesia dan bertemu Marco
untuk pertama kalinya. Mereka bertiga memulai sebuah perjalanan epik ke Asia,
dan kembali setelah 24 tahun, menemukan Venice berperang dengan Geno. Marco
dipenjarakan, dan mengisahkan cerita kepada teman satu selnya. Ia dibebaskan
tahun 1299, menjadi pedagang kaya, menikah dan punya tiga anak.
Salah satu kisah Marco Polo yang menarik untuk bangsa Nusantara
adalah cerita tentang unicorn
atau kuda bertanduk satu yang menurutnya dijumpainya di pulau Sumatra.
Tetapi, ilmu pengetahuan membuktikan bahwa yang ditemukan Marco Polo itu
bukanlah unicorn melainkan badak
Sumatra.
Beberapa nama tempat di Nusantara yang disebutkan dalam
buku perjalanan Marco Polo, antara lain:
- Pulau Jawa Besar (pulau
Jawa); diperkirakan sangat luas karena
pantai selatannya tidak sempat dikunjungi oleh Marco Polo. Juga
diceritakan mengenai ekspedisi penyerangan Kubilai Khan
ke Jawa dan kegagalannya.
- Pulau-pulau Sondur dan Condur
(belum jelas); diperkirakan merupakan pulau-pulau kecil di Laut
Cina Selatan yang pernah digunakan sebagai patokan
pelayaran.
- Pulau Pentam (pulau Bintan);
disebutkan mengenai letak pulau ini dari selat Singapura
- Kota Malaiur (Melayu,
atau Palembang?);
diceritakan pula tentang raja-raja Melayu, diantaranya adalah Paramasura.
- Pulau Jawa Kecil (pulau Sumatra?);
diperkirakan sebutan untuk Sumatra, karena ciri-ciri komoditas dan hewan (gajah,
badak,
elang hitam)
yang disebutkannya.
- Kerajaan-kerajaan Ferlec (Perlak)
dan Basman (Peusangan
[1]
-di daerah Bireuen sekarang-); diceritakan tentang beberapa kerajaan
bertetangga dan keberadaan suku Battas (Batak)
di pedalaman.
- Kerajaan-kerajaan Samara (Samudra)
dan Dagroian (Pidie
.[2]);
disebutkan mengenai pohon kelapa (palem Melayu) dan legenda kanibalisme
famili yang meninggal.
- Kerajaan-kerajaan Lambri (Lamuri)
dan Fansur (Barus);
disebutkan mengenai legenda manusia berbulu dan berekor (orangutan?),
kapur barus,
dan sagu
kelapa.[3]
Marco Polo meninggal 8 Januari 1324 pada umur 69 tahun Ia meninggal pada 1324,
dan dimakamkan di San
Lorenzo.
Tome Pires
Tomé Pires salah satu penulis terawal dari Eropa yang menulis tentang negara kota maritim sebelah Timur dengan karyanya, Suma Oriental (Dunia Timur). Dalam bukunya ia menceritakan penjelajahan
pedagang Portugis hingga
menguasai anak benua India dan Kesultanan Melaka pada tahun 1511. Buku tersebut memberikan banyak informasi
berharga mengenai keadaan Nusantara pada abad ke-16.
Karir Tomé Pires diawalai sebagai pembantu Alfonso de Albuquerque (1475-1491). Lahir di Portugal lahir pada 1468 sebagai anak dari seorang pembantu
Raja João II dari Portugal (1455-1495). Pada September 1511 dia dilantik
sebagai feitor das drogarias (pengedar arak) ke Cochin di India atas kehendak raja. Dia juga
ditugaskan sebagai pemasok obat-obatan yang bernilai 4.000-5.000 dolar
Portugis. Kemudian Toma Pires dilantik sebagai penulis dan bendahara untuk
menjaga harta perdagangan yang melibatkan Melaka dan Jawa.
Buku yang ditulis tentang Cina
dipersembahkan kepada laksamana Portugis di India dan sekarang disimpan
National Library Paris. Informasi yang disampaikannya tentang India
hingga ia meninggal dunia sangat menarik ada 4 surat, 5 dokumen yang
ditandatanganinya, pelbagai rujukan lain.
Tome Pires menulis mengenai kunjungannya
ke pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515.
Dia menggambarkan pelabuhan Sunda Kalapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan
pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan
Madura. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan
Pajajaran selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tanara dan Cimanuk. Menurut
laporannya, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan
potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa
Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai Juni
1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di negeri itu dan
bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah, para ulama di
datangkan dari Luar.”
Puncak karirnya Tome dilantik sebagai duta Portugis ke negara Cina. Atas tindakan dan ide-ide serta
pemikirannya, dia telah dipenjarakan di Kiangsu. Pada tahun 1540 mati di Tiongkok dalam tahanan wafat di Kiangsu, Tiongkok, 1540 pada usia 72 tahun.
Pieter Bleeker (Bapak
Ikan Nusantara)
Sosok Pieter Bleeker mungkin
kurang dikenal oleh sebagian masyarakat Nusantara. Namun, tokoh ini memiliki
konstribusi besar dalam menyingkap misteri keragaman hayati nusantara.
Pieter Bleeker atau Pieter von Bleeker, dikenal sebagai ilmuwan besar di
bidang Zoologi khususnya sistematik ikan (Ichthyologi)
pada abad ke-19.
Salah satu karya monumental Bleeker yang masih digunakan
hingga saat ini adalah beberapa volume buku yang berjudul Atlas Ichthyologique des Indes Orientales
Neerlandaises, berisi deskripsi ikan laut yang sebagian besar
berasal dari Nusantara. Hingga saat ini, Bleeker tercatat sebagai
ilmuwan yang paling banyak mendeskripsikan spesies ikan laut di wilayah
Indo-Pasifik. Atas konstribusinya tersebut, bolehlah kita menyebut Bleeker
sebagai: Bapak Ikan Nusantara.
Pieter Bleeker diakui dunia internasional sebagai salah
satu ilmuwan yang berkonstribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang taksonomi ikan (Ichthyologi).
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperolehnya semasa
hidup.
Selama hidupnya, Bleeker menemukan dan mendeskripsikan
tidak kurang dari 1.925 spesies ikan baru yang sebagian besar berasal
dari Nusantara. Jumlah temuan Bleeker ini jauh lebih banyak dari ilmuwan ikan
manapun. Jumlah spesies ikan yang dinyatakan valid (diterima) oleh sistematika
modern saat ini juga sangat besar, yaitu: 743 spesies, hanya kalah oleh Albert
Gunther (847 spesies) yang juga seorang ilmuwan terkenal dibidang taksonomi
ikan.
Pada tingkat genera, Bleeker berhasil menemukan dan
mendeskripsikan sekitar 520 marga ikan baru (298 diantaranya dinyatakan
valid/diterima oleh taksonomi modern). Jumlah genera yang valid dari Bleeker
ini juga lebih banyak dari ilmuwan ikan manapun.
Pencapaian lainnya yang juga luar biasa dari Bleeker
adalah publikasi ilmiahnya. Semasa hidup, Bleeker telah mempublikasikan tidak
kurang dari 518 artikel ilmiah (jurnal, laporan dan lain-lain) dalam bahasa
Perancis, Belanda, Latin dan Inggris. Bleeker juga membentuk/menerbitkan
2 jurnal ilmiah dan menjadi editor dari 22 volume diantaranya.
Selain artikel tentang ikan, Bleeker juga mempublikasikan
tulisannya yang terkait dengan vertebrata terrestrial, invertebrate darat dan
laut, botani, kedokteran, geologi, antropologi, pemerintahan, agama, sejarah, pertanian,
statistik dan beberapa artikel lainnya. Dengan demikian, Bleeker juga tergolong
ilmuwan prolific (ilmuwan
yang menguasai beberapa bidang ilmu).
Berawal dari juru bedah kelas tiga yang tingkatannya
rendah, dalam kurun waktu 20 tahun, Bleeker menjelma menjadi sosok yang
dihormati dan menduduki kasta tertinggi dalam struktur kehidupan sosial
masyarakat ilmiah Eropa. Kerja keras, kegigihan, sifat rendah hati dan jiwa
sosial Bleeker telah menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan terbesar
sepanjang masa.
Bleeker muda memiliki semangat belajar yang tidak pernah
berhenti dan ia memutuskan untuk terus bersekolah. Pada tahap ini, Bleeker
mulai tertarik pada bidang fisiologi dan zoologi serta banyak membaca referensi
tentang kedua bidang tersebut di perpustakaan Haarlem. Bleeker semakin tertarik
pada sejarah alam dan memutuskan untuk melamar pekerjaan di Museum Sejarah alam
Leiden (Rijksmuseum). Namun pihak museum menyatakan belum ada lowongan
pekerjaan yang terbuka pada saat itu, sehingga Bleeker memutuskan untuk
melanjutkan studi kedokterannya di Paris selama 6 bulan.
Bleeker tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1842, dan
mulai bekerja sebagai juru bedah kelas tiga. Bleeker digambarkan sebagai
seseorang yang cerdas, tidak bisa tinggal diam dan memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi. Beberapa tahun hidup di Batavia, Bleeker mengusulkan diri membuat
jurnal ilmiah di bidang kedokteran dan sejarah alam untuk merangsang publikasi
dan kegiatan riset ilmiah di Hindia Belanda yang masih kurang pada saat itu.
Untuk memenuhi rasa keingintahuannya, Bleeker sering kali
berjalan-jalan di berbagai tempat di Batavia. Salah satu tempat yang
dikunjunginya adalah pasar ikan. Bleeker kemudian mencoba mengidentifikasi
beberapa jenis ikan yang diperoleh dari pasar ikan tersebut. Dengan cepat,
Bleeker menyadari bahwa beberapa jenis ikan tersebut termasuk spesies baru yang
belum dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan pada saat itu. Bleeker kemudian memutuskan untuk fokus pada
identifikasi ikan karena peluang untuk menemukan jenis-jenis ikan yang baru
masih sangat besar. Selain itu, mengumpulkan sampel dari pasar ikan tergolong
murah, tidak memakan biaya dan waktu yang banyak.
Bleeker menghabiskan sebagian besar waktunya di Batavia.
Dalam beberapa tahun posisinya meningkat menjadi ajudan dari kepala departemen
kesehatan Hindia Belanda. Selain itu, ia juga menjadi anggota perpustakaan
masyarakat Batavia (Batavian Society) dan menjadi editor jurnal ilmiah yang
baru dibentuknya. Posisinya yang semakin kuat secara politik dan ketertarikannya
pada dunia ilmu pengetahuan sering kali menimbulkan konflik dengan para
petinggi Hindia Belanda.
Suatu ketika, data statistik populasi yang dikemukakan
oleh Bleeker (salah satu hasil risetnya selain ikan) tidak dipercaya oleh
pejabat petinggi gubernur. Bahkan kritik terbukanya terhadap pengeluaran biaya
pos yang tinggi membuat berang pihak pemerintah Hindia Belanda sehingga ia
tidak diperkenankan lagi untuk tinggal di Batavia selama 2 tahun (1847-1849).
Bleeker kemudian bekerja sebagai juru bedah di beberapa
tempat di pulau Jawa (luar Batavia). Penelitiannya tentang ikan pun mengalami
masa-masa sulit. Sekembalinya ke Batavia (1849), Bleeker membangun
kembali perkumpulan masyarakat ilmiah yang terbengkalai saat ditinggalkan. Ia
pun semakin intensif melakukan studi tentang ikan. Bleeker yang memiliki
jaringan pergaulan sangat luas di Hindia Belanda meminta dengan kerendahan hati
agar para koleganya bersedia mengirimkan sampel ikan untuknya. Spesimen ikan
untuk Bleeker pun kemudian mengalir deras ke Batavia dari seluruh penjuru
Nusantara.
Selama 18 tahun di Hindia Belanda (Nusantara), Bleeker
hanya tercatat satu kali keluar pulau Jawa, yaitu saat menemani rombongan
gubernur Hindia Belanda melakukan ekspedisi ke Celebes (Sulawesi) dan Maluku
pada tahun 1855. Pada tahun tersebut, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dalam
jumlah yang besar.
Tahun 1860, Bleeker mengajukan pensiun dini dan kembali
ke negeri Belanda untuk menyusun dan mempublikasikan bukunya yang diberi
judul Atlas Ichthyologique. Bleeker
juga menghabiskan waktu di museum-museum Belanda untuk mempelajari sampel
ikan yang berasal dari daerah lain di luar Hindia Belanda sebagai perbandingan.
Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan perkumpulan masyarakat
ilmiah Belanda serta berkunjung dan berkorespondensi ke sejumlah ilmuwan tenar
Eropa di bidang taksonomi ikan (Ichthyologi).
Selama di Batavia, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dan
mengirimkannya ke seluruh museum di Eropa. Ia juga menjual koleksi khusus
(termasuk type specimen dan
duplikatnya) ke British museum. Namun
sebagian besar koleksi sampel masih tetap menjadi milik pribadi Bleeker
hingga akhir hayatnya. Bleeker meninggal dunia di Hague, pada tanggal 24
Januari 1878 dalam usia 58 tahun. Setelah meninggal, seluruh koleksi sampel
ikan Bleeker sekitar 18.000 spesimen dibeli oleh Rijksmuseum Leiden.
Akibat kematiannya pada tahun 1878, Bleeker tidak sempat
menyelesaikan keseluruhan volume Atlas
Ichthyologique. Dari 14 jilid (volume) yang direncanakan, Bleeker
hanya sempat menyelesaikan bukunya hingga volume 8 dan sebagian volume 9.
Sebagian volume lainnya yang direncanakan telah hilang, namun dapat ditelusuri
dan dibuat lengkap kembali. Keseluruhan gambar dan deskripsi buku Bleeker
kemudian diterbitkan ulang oleh Smithsonian Institution
antara tahun 1977 hingga 1983 dalam 10 volume.
Wallace (Penjelajahan Geo-Biodiversiti Nusantara)
Alfred Russel Wallace, naturalis
terkenal penjelajah Nusantara pada pertengahan abad ke-19 (1854-1862). Alfred
Russel Wallace pernah menjelajah Nusantara 150 tahun yang lalu, selama delapan
tahun, yang berjalan di rimba-rimba, pantai dan pegunungan Nusantara, dengan
hanya ditemani 2-3 orang pembantu lokal yang setia. Wallace adalah naturalist bangsa Inggris yang yang pernah menjelajah Nusantara selama
delapan tahun, sepanjang 14.000 mil.
Dengan buku penjelajahannya di
nusantara berjudul The Malay Archipelago (1869), dia berhasil membuka mata
dunia ilmu pengetahuan terhadap sekitar 125.000 spesies baru kekayaan
keanekaragaman hayati Nusantara, yang mencatat kata-kata sehari-hari dalam 59
bahasa suku-suku Nusantara, dan saksi pertama rumitnya dan menariknya geologi nusantara.
Bagaimana Wallace yang bukan
sarjana, putus sekolah saat berusia 14 tahun karena kesulitan di dalam
keluarganya, dapat menerangkan geologi dengan tepat pada tahun 1869 saat
pengetahuan geologi Nusantara belum ada, adalah suatu keajaiban Wallace
tersendiri yang menakjubkan. Dari Wallace, kita belajar
tentang ketekunan dan konsistensi yang luar biasa, autodidak yang tanpa batas,
keberanian yang tak kenal menyerah, keramahan kepada pribumi dan kerendahhatian
dalam dunia ilmu pengetahuan yang patut diteladani.
Wallace dapat menghasilkan
kesimpulan geologi yang sangat maju pada zamannya. Wallace, tiba pada kesimpulan yang sama seperti geologis masa kini setelah
memetakan penyebaran jenis fauna yang dikumpulkan dan diamatinya di Nusantara
dalam penjelajahannya selama delapan tahun. Terrane tektonik membawa rock
assemblage-nya tersendiri dan ternyata juga kumpulan spesiesnya tersendiri.
Alfred Russel Wallace adalah seorang naturalis yang satu zaman dengan Charles Darwin. Wallace dalam geologi belajar sendirian, dimana dia hanya berdasarkan
naluri naturalist-nya saja. Lagipula, Wallace pada awalnya berada di luar
lingkungan para ilmuwan Inggris yang bergengsi (The Royal Society), tidak
seperti Darwin dan Lyell yang merupakan anggota2 kehormatannya.
Meskipun demikian, teori biogeografi
Nusantara yang dikendalikan geologi, dan hipotesis seleksi alam terhadap
perkembangan spesies, yang dikemukakan Alfred Russel Wallace sungguh luar biasa
pada zamannya dan hipotesisnya tentang seleksi alam yang ditemukannya saat
Wallace berada di Ternate tahun 1858 sungguh membuat Charles Darwin tercengang.
“On the Tendency of Varieties to Depart Indefinetely from the Original Type”
adalah makalah yang ditulis Wallace saat sakit malaria di Ternate pada bulan
Maret 1858. Makalah ini dikirimkannya kepada Charles Darwin, seorang ilmuwan
yang dikaguminya di Inggris. Makalah ini sangat membuat Darwin tercengang sebab
isi makalah itu sama dengan hipotesis yang selama 20 tahun dipikirkan Darwin
dengan sangat hati-hati sekembalinya dari pengembaraannya dengan kapal Beagle.
Makalah Wallace-lah yang juga
telah memberikan dorongan kepada Darwin untuk segera menerbitkan karyanya yang
diselesaikannya hanya dalam setahun “The
Origin of Species” (Darwin,1859) setelah 20 tahun dipikirkan dan
ditelitinya. Wallace adalah ilmuwan yang rendah hati, ia tetap menghormati
Darwin dan segera melupakan makalah Ternatenya. Bukunya, “The Malayan
Archipelago” ia persembahkan untuk Darwin.
Berikut adalah petikan tulisan
Alfred Russel Wallace di “Borneo, Celebes, Aru” (1869) yang menceritakan
bagaimana geologi telah mengatur evolusi organik.
“Sekarang diakui secara umum bahwa distribusi makhluk hidup saat ini di
permukaan bumi terutama merupakan hasil dari kumpulan perubahan terakhir yang
dialaminya. Geologi mengajarkan kepada kita bahwa permukaan daratan, serta
distribusi daratan dan perairan, di mana-mana berubah dengan perlahan. Lebih
jauh geologi mengajarkan pada kita bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang mendiami
permukaan itu, selama setiap periode yang kita miliki catatannya, juga telah
berubah secara perlahan.
Sekarang
tidak penting untuk mengatakan sesuatu mengenai bagaimana perubahan-perubahan
itu terjadi; karena banyak pendapat yang mungkin berbeda; namun kenyataannya
perubahan-perubahan itu sendiri telah muncul, dari masa geologi yang paling
awal hingga hari ini masih berlangsung, dan tidak ada pendapat yang berbeda
mengenai itu. Setiap strata suksesif dari batuan sedimen, pasir atau kerikil,
adalah bukti bahwa perubahan-perubahan permukaan telah terjadi; dan spesies
binatang dan tumbuhan yang berbeda, yang sisa-sisanya ditemukan dalam deposit
ini, membuktikan bahwa perubahan-perubahan yang bersamaan telah muncul dalam
dunia organik”
Dalam menerangkan kontrol geologi
atas biogeografi fauna di Nusantara, Wallace berteori:
(1) semakin fauna tersebar ke
banyak pulau, maka pulau-pulau itu semakin muda pemisahannya dari benua,
(2) semakin terisolasinya
sekelompok fauna di satu pulau, maka semakin tua pemisahan pulau itu dari benua
sekitarnya,
(3) fauna-fauna, meskipun burung
yang bisa terbang, cenderung tidak mau melintasi selat-selat yang memisahkan
antar pulau, bila fauna-fauna itu tersebar di banyak pulau, maka dapat diduga
bahwa penyebaran fauna-fauna tersebut terjadi saat pulau-pulau ini masih
membentuk daratan, belum terpisahkan oleh laut/selat.
Berikut petikan dari Wallace
(1869) tentang hal ini.
“Sebagai contoh, di antara pulau-pulau yang sedang saya bicarakan
sekarang ini, ada fakta yang luar biasa bahwa Jawa memiliki banyak jenis burung
yang tidak pernah melintasi Sumatra, meskipun kedua pulau ini dipisahkan oleh
sebuah selat yang lebarnya hanya 15 mil, dan dengan pulau-pulau di tengah
selat. Jawa, pada kenyataannya, memiliki lebih banyak jenis burung dan serangga
yang hanya terdapat di pulau ini, dibandingkan dengan Sumatra atau Borneo, dan
ini mengindikasikan bahwa Jawa lebih awal terpisah dari benua, kemudian menurut
kekhasan organik diikuti oleh Borneo, sementara Sumatra hampir identik dalam
semua bentuk-bentuk hewannya dengan Semenanjung Malaka, sehingga aman untuk
mengambil kesimpulan bahwa Sumatra adalah pulau terpisah yang paling baru.”
Perlu diperhatikan bahwa dugaan
Wallace ini meskipun dikeluarkan pada 140 tahun yang lalu, kini kita
mengetahuinya sebagai sebuah kebenaran berdasarkan rekonstruksi tektonik yang
didukung paleomagnetik bahwa di antara Sumatra, Jawa, Kalimantan (Borneo), dan
Malaya; memang Jawa yang memisah terlebih dahulu dari Sumatra melalui retakan
di Selat Sunda dan rotasi CCW (counter clockwise) , dan Sumatra semakin dekat
dengan Malaya melalui rotasi CW (clockwise).
Kutipan Wallace (1869) yang lain juga kini telah mendapatkan pembuktiannya
sebagai teori rift-drift mikrokontinen
di Nusantara Timur, berikut kata-kata Wallace.
“Keseluruhan pulau-pulau ke arah
timur di luar Jawa dan Borneo pada dasarnya menjadi bagian dari benua Australia
atau Pasifik di zaman dahulu, meskipun beberapa di antaranya tidak benar-benar
bergabung pada benua itu. Benua ini pasti terpecah tidak hanya sebelum
pulau-pulau di bagian barat terpisah dari Asia, tetapi mungkin sebelum bagian
ujung tenggara Asia naik ke atas permukaan laut; karena bagian besar daratan
Borneo dan Jawa diketahui secara geologis adalah pembentukan yang sangat baru,
sementara perbedaan spesies yang sangat besar, dan dalam banyak kasus perbedaan
genus juga, di antara produk Kepulauan Hindia Timur bagian timur dan Australia,
sama halnya dengan kedalaman laut yang besar yang sekarang memisahkan mereka,
semua menunjuk pada periode isolasi yang panjang.”
Demikianlah beberapa kutipan dari “Borneo, Celebes, Aru” (Wallace, 1869).
Apa yang diterangkan Wallace sekarang kita memahaminya sebagai glasiasi dan
deglasiasi Kuarter di Sundaland, terpisahnya Jawa dan Sumatra akibat rotasi,
rifting dan drifting mikrokontinen2 di Nusantara Timur. Kita memahaminya begitu
setelah meneliti kesamaan stratigrafi, umurnya dan posisi paleomagnetiknya,
sehingga kita dapat menyusun rekonstruksi tektoniknya.
Tetapi Wallace, tiba pada kesimpulan yang sama seperti geologis masa kini
setelah memetakan penyebaran jenis fauna yang dikumpulkan dan diamatinya di
Nusantara dalam penjelajahannya selama delapan tahun. Terrane tektonik membawa
rock assemblage-nya tersendiri dan ternyata juga kumpulan spesiesnya
tersendiri.
Demikian Alfred Russel Wallace, satu-satunya naturalist yang pernah
menjelajah Nusantara selama delapan tahun, sepanjang 14.000 mil, dan berhasil
mengumpulkan 310 spesies mammalia, 100 reptilia, 8050 burung, 7500 kerang dan
109.700 serangga. Sebagian besar dari fauna-fauna itu adalah spesies2 baru yang
belum pernah dikenal dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemetaan lebih dari
125.000 spesies tersebut, Wallace dapat menghasilkan kesimpulan2 geologi yang
sangat maju pada zamannya.
Perjalanan Alfred Russel Wallace lebih berarti bagi bangsa Nusantara,
meskipun Wallace orang Inggris yang datang ke Nusantara saat negeri ini dijajah
Belanda. Seorang naturalist yang pernah menjelajah Nusantara yang menjadi saksi
pertama menariknya biologi dan geologi Nusantara.
Image Reputasi Kesan serta Opini ttg Gay Homo biseksual indonesia * Anda" yg mungkin sempat mengenal, atau masuk dikomunitas ini,Mungkin slama ini yg ada dipikiran anda, cuma meninggalkan penilaian negatif. Banyak tragedi. Banyak kejadian fatal membuat anda" harus berprasangka buruk. Tapi aku yakinkan, tidak semuanya seperti itu. Semua kembali ke anda". Bgmn memilih kenalan dekat? Bgmn anda menilai? Pola pikir & santun itu penting. Warna suara & cara bicaranya juga bs menunjukkan watak seseorang. Ganteng? Fisik? Materi? Tidak jaminan utk hubungan langgeng & nyaman. Komunikasi yg sejalan, itu adalah pondasi awal, jika kita punya kesamaan tujuan. Anda" yg menikah jg bukan halangan, lbh baik karna bnyk pria menikah privacy nya lbh terjamin. * * * salam kenal, aku gay 27th. I'm work at 3star hotel. Mencari kenalan manly, tuk hub special. Tidak tertarik free / fun. Mengutamakan baik hati. Yg paling penting niat ketemu, wlp jauh! (kurang minat tmn curhat) kontak saya ; +62856646OO785
BalasHapus